Palembang - Sekitar 13 abad yang silam pernah berdiri sebuah kerajaan yang kemudian begitu masyhur, Sriwijaya. Tadi malam, sebuah klub sepakbola bernama Sriwijaya FC memenangi kompetisi ke-13 negeri ini.
Kerajaan Sriwijaya, sebuah kerajaan maritim di Palembang lahir kira-kira di abad ketujuh. Kerajaan yang dibangun sejumlah suku bangsa di Asia, seperti Tionghoa, India, dan Melayu, itu kemudian berjaya di nusantara.
Sementara itu Sriwijaya FC belum empat tahun berdiri di Palembang. Ia adalah penjelmaan klub Persijatim Solo FC yang di-take over oleh pemerintah Sumatra Selatan.
Sriwijaya yang dulu berjuang memanggul senjata dalam melakukan ekspansi, Sriwijaya yang sekarang bertarung di lapangan hijau untuk menguasai persepakbolaan Indonesia.
Percaya atau tidak, seperti kerajaan Sriwijaya, kebangkitan Sriwijaya FC juga diawali dengan menancapkan kukunya di bumi Siliwangi. Bedanya, dulu para laskar Sriwijaya menaklukan kerajaan Tarumanegara, kini mereka menghempaskan pasukan PSMS Medan 3-1 di Stadion Si Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Tentu saja menyamakan Sriwijaya FC dengan kerajaan Sriwijaya terlalu berlebihan. Namun, melihat reaksi atau popularitasnya, bolehlah dihubung-hubungkan . Apalagi setelah kejatuhan kerajaan Sriwijaya pada abad ke-13, masyarakat Sumsel khususnya Palembang tidak mendapatkan ikon yang dapat dibanggakan di nusantara. Pernah Kramayudha Tiga Berlian menjadi wakil hebat Palembang dari dunia sepakbola di era 1980-an, sebelum klub tersebut hijrah ke Bekasi pada 1989 dan pada akhirnya bubar.
Popularitas Sriwijaya FC kini benar-benar menonjol. Ditukangi pelatih berkarakter low profile Rahmad Darmawan, klub berjulukan "Laskar Wong Kito" ini merengkuh dua gelar sekaligus di musim ini: Copa dan liga. Ini sebuah rekor karena baru mereka yang mencetak prestasi double winners.
Laskar Sriwijaya ini juga cukup unik karena seperti miniatur Indonesia. Di klub ini, selain bercongkol pemain asing, juga beberapa pemain yang berasal dari berbagai daerah di nusantara, seperti dari Papua, Sulawesi, Jawa, Sunda, Bengkulu, Medan, dan Palembang. Bahkan mungkin Sriwijaya FC satu-satunya klub yang diperkuat pemain berdarah India, yakni Wijay, walaupun lahir dan besar di Medan.
"Dulu, laskar Sriwijaya diperkirakan juga berasal dari berbagai suku bangsa di dunia, seperti Tionghoa , India , Melayu, dan negroit," kata budayawan Palembang, Djohan Hanafiah.
Selain itu, Sriwijaya FC telah menjadi simbol baru kebangkitan sepakbola di pulau Sumatra, yang tidak lagi didominasi oleh klub atau tim dari Medan, Sumatra Utara.
Dampak lain dari prestasi Sriwijaya FC ini yakni terdongkraknya popularitas Syahrial Oesman sebagai gubernur Sumsel. Prestasi Sriwijaya FC membuat dia menjadi kandidat kuat calon gubernur periode 2008-2013. Benar atau tidak, prestasi Sriwijaya FC membuat lawan politik Syahrial Oesman menjadi iri. Beredarlah pesan SMS yang isinya soal rencana lawan politik Syahrial Oesman untuk menyogok wasit dalam pertandingan Sriwijaya FC versus Persija di semifinal.
"Saya membangun dan membina Sriwijaya FC merupakan keinginan rakyat Sumsel. Jadi, prestasi Sriwijaya FC merupakan milik rakyat Sumsel," kata Syahrial Oesman.
Terlepas soal itu, keberhasilan Sriwijaya FC meraih dua gelar merupakan prestasi yang luar biasa. Bahkan, dapat dikatakan seperti mimpi di siang bolong.
Sayang, walaupun demikian mereka tidak mampu menjajal kekuatannya di level Asia lantaran Indonesia diberi sanksi AFC tak bisa mengikuti Liga Champions Asia musim ini. Tapi paling tidak Zah Rahan dkk telah membuktikan bahwa bumi Sriwijaya memiliki kekuatan besar di dunia sepakbola.
==
Taufik Wijaya – www.detikSport.com
Keterangan: Penulis adalah wartawan detikcom, berdomisili di Palembang. Tulisan ini bersifat opini pribadi dan tidak mencerminkan opini redaksi.
No comments:
Post a Comment