Kejutan demi kejutan terus ditorehkan oleh TSG Hoffenheim, klub pendatang baru di blantika kompetisi nomor wahid di Jerman ini, terus memuncaki klasemen.
Pasti orang bertanya siapa yang menjadi kunci keberhasilan tim biru ini. Memang tidak bisa dipungkiri kalau faktor Ralf Rangnick sebagai pelatih sangat besar di sini. Atau nama-nama seperti Carlos Eduardo, Demba Ba und Chinedu Obasi.
Banyak orang sepertinya membuang muka terhadap salah satu nama yaitu Vedad Ibisevic. Wajar, karena dengan sumbangan 5 gol dari 31 pertandingan memang bukan sebuah prestasi yang harus diagung-agungkan, apalagi untuk ukuran seorang striker.
Tapi itu dulu! Sekarang Ibisevic telah menjelma menjadi salah satu striker top di Bundesliga. Sampai pekan ke-10, pemuda kelahiran 6 Agustus 1984 ini telah menggelontorkan gol ke gawang lawannya sebanyak 11 gol. Cukup banyak bukan?
Tapi ketahuilah bahwa Ibisevic merupakan salah satu dari korban perang di Bosnia. Dia saat umur 16 tahun sudah hidup di pengungsian bersama keluarganya. Tempat pertamanya singgah adalah Tuzla, baru kemudian menyeberang ke Swiss. Di Swiss, Ibisevic sempat bergabung dengan klub Divisi 3 Swiss, FC Baden. FC Baden adalah klub yang melahirkan pemain-pemain seperti Mladen Petric dan Diego Benaglio.
Pada usia 19 tahun, putra asli Bosnia ini kemabali harus berpndah mengikuti keluarganya. Kali ini mereka hijrah ke Amerika Serikat. Di negara adidaya tersebut dia juga sempat mencicipi sepakbola dengan masuk klub St. Louis Hallen College. Dia bermain bagus di klub sekolah tersebut, sampai kemudian ada talent scout dari Prancis yang tertarik dengan bakatnya. Kemudian dia dihubungkan dengan pelatih PSG bekebangsaan Bosnia juga, Vahid Halildzolic, yang kemudian merekrutnya. Tak baanyak mendapat tempat di tim inti PSG, Ibisevic kemudian dipinjamkan ke klub Divis Dua Prancis, FC Dijon. Di Dijon dia bisa menyumbang 10 gol, sebelum setelah itu dia direkrut oleh klub Divisi 2 Bundesliga, Alemannia Aachen. Gol-gol Ibisevic saat itu ikut berperan mengakat Alemnnia ke Bundesliga. Tapi sayang, mutiara yang belum terasah ini dilempakan kembali ke dalam lumpur, yaitu dengan dijual ke klub kampung TSG Hoffenheim. Namun siapa sangka nasib si mutiara ini, Rangnick sang pelatih bertangan dingin mampu mengasah talentanya hingga berkilau seperti saat ini. Hoffenheim lah yang akhirnya menjadikan dia sangat tajam dalam soal menggetarkan gawang lawan. Hoffenheim pun dibawanya ke puncak.
Sebenarnya adasatu kelebihan lain yang dimiliki Ibisevic selain mengolah sikulit bundar, dia sangat cepat menguasai bahasa asing. Perlu diketahui saat ini Ibisevic selain mneguasai bahasa ibunya, dia juga bisa berkomunikasi lancar dalam bahasa Inggris, Prancis, dan Jerman.
Cetak terus gol-golmu Ibisevic.

Pasti orang bertanya siapa yang menjadi kunci keberhasilan tim biru ini. Memang tidak bisa dipungkiri kalau faktor Ralf Rangnick sebagai pelatih sangat besar di sini. Atau nama-nama seperti Carlos Eduardo, Demba Ba und Chinedu Obasi.
Banyak orang sepertinya membuang muka terhadap salah satu nama yaitu Vedad Ibisevic. Wajar, karena dengan sumbangan 5 gol dari 31 pertandingan memang bukan sebuah prestasi yang harus diagung-agungkan, apalagi untuk ukuran seorang striker.
Tapi itu dulu! Sekarang Ibisevic telah menjelma menjadi salah satu striker top di Bundesliga. Sampai pekan ke-10, pemuda kelahiran 6 Agustus 1984 ini telah menggelontorkan gol ke gawang lawannya sebanyak 11 gol. Cukup banyak bukan?
Tapi ketahuilah bahwa Ibisevic merupakan salah satu dari korban perang di Bosnia. Dia saat umur 16 tahun sudah hidup di pengungsian bersama keluarganya. Tempat pertamanya singgah adalah Tuzla, baru kemudian menyeberang ke Swiss. Di Swiss, Ibisevic sempat bergabung dengan klub Divisi 3 Swiss, FC Baden. FC Baden adalah klub yang melahirkan pemain-pemain seperti Mladen Petric dan Diego Benaglio.
Pada usia 19 tahun, putra asli Bosnia ini kemabali harus berpndah mengikuti keluarganya. Kali ini mereka hijrah ke Amerika Serikat. Di negara adidaya tersebut dia juga sempat mencicipi sepakbola dengan masuk klub St. Louis Hallen College. Dia bermain bagus di klub sekolah tersebut, sampai kemudian ada talent scout dari Prancis yang tertarik dengan bakatnya. Kemudian dia dihubungkan dengan pelatih PSG bekebangsaan Bosnia juga, Vahid Halildzolic, yang kemudian merekrutnya. Tak baanyak mendapat tempat di tim inti PSG, Ibisevic kemudian dipinjamkan ke klub Divis Dua Prancis, FC Dijon. Di Dijon dia bisa menyumbang 10 gol, sebelum setelah itu dia direkrut oleh klub Divisi 2 Bundesliga, Alemannia Aachen. Gol-gol Ibisevic saat itu ikut berperan mengakat Alemnnia ke Bundesliga. Tapi sayang, mutiara yang belum terasah ini dilempakan kembali ke dalam lumpur, yaitu dengan dijual ke klub kampung TSG Hoffenheim. Namun siapa sangka nasib si mutiara ini, Rangnick sang pelatih bertangan dingin mampu mengasah talentanya hingga berkilau seperti saat ini. Hoffenheim lah yang akhirnya menjadikan dia sangat tajam dalam soal menggetarkan gawang lawan. Hoffenheim pun dibawanya ke puncak.
Sebenarnya adasatu kelebihan lain yang dimiliki Ibisevic selain mengolah sikulit bundar, dia sangat cepat menguasai bahasa asing. Perlu diketahui saat ini Ibisevic selain mneguasai bahasa ibunya, dia juga bisa berkomunikasi lancar dalam bahasa Inggris, Prancis, dan Jerman.
Cetak terus gol-golmu Ibisevic.






No comments:
Post a Comment