Partai final Piala Dunia 2010 melawan Spanyol, Minggu (11/7) di Soccer City, Johannesburg, adalah pertandingan penutup karier bek kiri dan kapten tim nasional Belanda, Giovanni van Bronckhorst. Otomatis laga itu memiliki arti emosional buat Gio dan keluarganya.
Wartawan BOLA/Bolanews, Dwi Widijatmiko dan Darojatun, bertemu dengan kedua orang tua Gio, Victor (50) dan Fransien van Bronckhorst (53), di Hotel Sandton Sun, Johannesburg, Jumat (9/7). Bagaimana Victor dan Fransien memandang perjalanan karier dan kehidupan Gio sampai saat ini? Berikut petikan perbincangan BOLA/Bolanews dengan Victor dan Fransien.
Bagaimana perasaan setelah Belanda lolos ke final dengan Gio menjadi kapten?
Victor: Kami sangat bangga. Anak kami menjadi kapten Belanda yang menyelesaikan kariernya di partai final Piala Dunia.
Fransien: Semua orang tua pasti bangga pada anaknya, entah dia pesepak bola atau jurnalis. Kami yakin masyarakat Indonesia juga merasa bangga karena Gio berdarah Indonesia.
Anda tahu di Ambon pada partai final begitu banyak orang memakai jersey Belanda berwarna oranye?
V: Ya, tentu saja. Kami masih memiliki banyak keluarga dan teman di Ambon. Dari mereka dan membaca kabar dari Facebook, kami tahu orang di sana memakai jersey oranye, tato Belanda, mengecat mobilnya dengan warna oranye, bahkan berkonvoi.
Setelah pensiun, apa rencana Gio?
V: Dia bilang akan belajar untuk mendapatkan sertifikat pelatih. Dia ingin menjadi asisten pelatih Feyenoord Rotterdam dan pelatih tim junior Belanda.
Kapan Gio bisa mengunjungi Indonesia dan barangkali membantu perkembangan sepak bola Indonesia?
V: Mungkin Gio belum menemukan waktu yang pas. Kami berdua yang sering berkunjung ke Indonesia, kira-kira dua kali dalam setahun.
F: Ya, kami sering ke Jakarta, Bali, Ambon. Kalau sedang di Jakarta, kami biasanya tinggal di rumah kerabat di Cinere. Kerabat kami itu dokter hati di Rumah Sakit Cinere. Kami pertama kali datang ke Indonesia pada Agustus 1996, tepat pada saat Gio melakukan debutnya untuk Belanda.
Apa yang Gio ingat tentang Indonesia?
V: Yang jelas akarnya dalam keluarga. Dia bangga memiliki darah Indonesia. Gio menyukai makanan Indonesia dan dia juga bisa memasak makanan Indonesia.
F: Sebagai orang Indonesia, ayah saya (kakek Gio) mengajarinya untuk selalu bekerja keras. Ayah saya bangga pada Gio karena dia selalu melakukan nasehatnya.
Bisa ceritakan hal ternakal yang pernah dilakukan Gio waktu kecil?
V: Gio tidak pernah nakal. Dia malah sudah profesional sejak kecil. Kami tidak pernah mengalami masalah membesarkannya. Dia anak yang baik.
F: Gio sudah disiplin sejak kecil. Dia bisa membagi waktu sendiri. Misalnya teman-temannya mengajak jalan-jalan, dia akan memilih pulang pukul 8 malam karena esok harinya harus berlatih.
Kebanggaan macam apa yang didapatkan orang tua Giovanni van Bronckhorst?
V: Bisa bepergian ke mana-mana mendampinginya. Kami pernah ke Skotlandia, Inggris, dan Spanyol. Itu kebanggaan buat kami.
F: Dulu kami harus bersusah-payah membelikan Gio sepatu sepak bola dan mengirimnya ke akademi sepak bola karena gaji dari pekerjaan kami tidak besar. Gio sekarang memiliki gaji besar dari profesinya. Kini dia memberi balik kepada keluarganya. Itu juga kebanggaan buat kami.
Gio sekarang sudah berusia 35 tahun. Itu berarti Gio lahir ketika Anda berdua masih sangat muda.
V: Ya, betul. Sampai sekarang banyak orang mengira saya adalah kakak dari Gio.
F: Gio lahir saat kami masih muda. Kami sendiri menikah tahun 1982. Tapi, kami yakin pada keputusan itu. Kami percaya usia muda dan kehidupan yang belum mapan tidak selalu menjadi penyebab sebuah keluarga berantakan. Nyatanya kami baik-baik saja sampai sekarang, memiliki keluarga besar yang bahagia dengan empat cucu dari Gio dan adiknya, Elvira.
Gio sangat peduli pada keluarganya?
V: Tentu. Keluarga besar kami beranggotakan lebih dari seratus orang. Gio sangat peduli pada semuanya.
Dari keluarga besar ini, ada yang mengikuti jejak Gio menjadi pesepak bola?
F: Ada. Anak Gio sekarang di tim junior Feyenoord. Keponakannya, Virgil Munsel, kini juga bermain di Sparta Rotterdam. Mereka bangga karena memiliki ayah, paman, dan kakak seperti Gio.
Sumber : www.bolanews.com
Wartawan BOLA/Bolanews, Dwi Widijatmiko dan Darojatun, bertemu dengan kedua orang tua Gio, Victor (50) dan Fransien van Bronckhorst (53), di Hotel Sandton Sun, Johannesburg, Jumat (9/7). Bagaimana Victor dan Fransien memandang perjalanan karier dan kehidupan Gio sampai saat ini? Berikut petikan perbincangan BOLA/Bolanews dengan Victor dan Fransien.
Bagaimana perasaan setelah Belanda lolos ke final dengan Gio menjadi kapten?
Victor: Kami sangat bangga. Anak kami menjadi kapten Belanda yang menyelesaikan kariernya di partai final Piala Dunia.
Fransien: Semua orang tua pasti bangga pada anaknya, entah dia pesepak bola atau jurnalis. Kami yakin masyarakat Indonesia juga merasa bangga karena Gio berdarah Indonesia.
Anda tahu di Ambon pada partai final begitu banyak orang memakai jersey Belanda berwarna oranye?
V: Ya, tentu saja. Kami masih memiliki banyak keluarga dan teman di Ambon. Dari mereka dan membaca kabar dari Facebook, kami tahu orang di sana memakai jersey oranye, tato Belanda, mengecat mobilnya dengan warna oranye, bahkan berkonvoi.
Setelah pensiun, apa rencana Gio?
V: Dia bilang akan belajar untuk mendapatkan sertifikat pelatih. Dia ingin menjadi asisten pelatih Feyenoord Rotterdam dan pelatih tim junior Belanda.
Kapan Gio bisa mengunjungi Indonesia dan barangkali membantu perkembangan sepak bola Indonesia?
V: Mungkin Gio belum menemukan waktu yang pas. Kami berdua yang sering berkunjung ke Indonesia, kira-kira dua kali dalam setahun.
F: Ya, kami sering ke Jakarta, Bali, Ambon. Kalau sedang di Jakarta, kami biasanya tinggal di rumah kerabat di Cinere. Kerabat kami itu dokter hati di Rumah Sakit Cinere. Kami pertama kali datang ke Indonesia pada Agustus 1996, tepat pada saat Gio melakukan debutnya untuk Belanda.
Apa yang Gio ingat tentang Indonesia?
V: Yang jelas akarnya dalam keluarga. Dia bangga memiliki darah Indonesia. Gio menyukai makanan Indonesia dan dia juga bisa memasak makanan Indonesia.
F: Sebagai orang Indonesia, ayah saya (kakek Gio) mengajarinya untuk selalu bekerja keras. Ayah saya bangga pada Gio karena dia selalu melakukan nasehatnya.
Bisa ceritakan hal ternakal yang pernah dilakukan Gio waktu kecil?
V: Gio tidak pernah nakal. Dia malah sudah profesional sejak kecil. Kami tidak pernah mengalami masalah membesarkannya. Dia anak yang baik.
F: Gio sudah disiplin sejak kecil. Dia bisa membagi waktu sendiri. Misalnya teman-temannya mengajak jalan-jalan, dia akan memilih pulang pukul 8 malam karena esok harinya harus berlatih.
Kebanggaan macam apa yang didapatkan orang tua Giovanni van Bronckhorst?
V: Bisa bepergian ke mana-mana mendampinginya. Kami pernah ke Skotlandia, Inggris, dan Spanyol. Itu kebanggaan buat kami.
F: Dulu kami harus bersusah-payah membelikan Gio sepatu sepak bola dan mengirimnya ke akademi sepak bola karena gaji dari pekerjaan kami tidak besar. Gio sekarang memiliki gaji besar dari profesinya. Kini dia memberi balik kepada keluarganya. Itu juga kebanggaan buat kami.
Gio sekarang sudah berusia 35 tahun. Itu berarti Gio lahir ketika Anda berdua masih sangat muda.
V: Ya, betul. Sampai sekarang banyak orang mengira saya adalah kakak dari Gio.
F: Gio lahir saat kami masih muda. Kami sendiri menikah tahun 1982. Tapi, kami yakin pada keputusan itu. Kami percaya usia muda dan kehidupan yang belum mapan tidak selalu menjadi penyebab sebuah keluarga berantakan. Nyatanya kami baik-baik saja sampai sekarang, memiliki keluarga besar yang bahagia dengan empat cucu dari Gio dan adiknya, Elvira.
Gio sangat peduli pada keluarganya?
V: Tentu. Keluarga besar kami beranggotakan lebih dari seratus orang. Gio sangat peduli pada semuanya.
Dari keluarga besar ini, ada yang mengikuti jejak Gio menjadi pesepak bola?
F: Ada. Anak Gio sekarang di tim junior Feyenoord. Keponakannya, Virgil Munsel, kini juga bermain di Sparta Rotterdam. Mereka bangga karena memiliki ayah, paman, dan kakak seperti Gio.
Sumber : www.bolanews.com
No comments:
Post a Comment