Gairah sepakbola sepertinya tidak pernah turun buat para penggilanya, padahal kebosanan pasti juga datang di saat persaingan hanya terjadi antara klub-klub besar dan itu-itu saja. Rangsangan mengikuti perkembangan berbagai kompetisi, terutama di Eropa semakin meninggi, ini dikarenakan melonjaknya semangat para supporter klub-klub kecil berbarengan dengan prestasi klub kesayangan mereka yang mulai merengsek mengaduk-aduk kelanggengan klub-klub besar. Fenomena yang luar biasa!
Di Liga Champion, lihatlah langkah klub-klub ”cilik” semisal juara Rumania, CFR Cluj, yang melakukan langkah menakjubkan dengan menahan finalis tahun lalu Chelsea 0-0 setelah di pertandingan pertama mempermalukan AS Roma di Olimpico. Begitu juga kiprah klub Siprus, Anorthosis Famagusta, yang telah menaklukkan dua klub Yunani yang lebih mapan, Olympiakos di kualifikasi dan Panathianaikos di putaran grup, setelah sebelumnya juga menahan tuan rumah Werder Bremen. Jangan tanya sepak terjang debutan Atletico Madrid, yang selalu memenangi pertandingan di grupnya. Ada lagi BATE Borisov (Belarusia), meski kalah dari Real Madrid di Bernabeau, namun mampu menahan tim sebesar Juventus 2-2. Sedangkan Zenit (Rusia), walaupun belum meraih hasil maksimal, tapi coba perhatikan permainan yang mereka sajikan, enak di lihat dan pantang menyerah.
Di kompetisi liga-liga teratas Eropa, hal yang sama terjadi. TSG Hoffenheim sebagai tim promosi, saat ini sudah ”berani” duduk di peringkat kedua Bundesliga 1 melewati klub-klub sekelas Schalke, Munich, Bremen, Stuttgart, Leverkusen, dan Dortmund.
Di EPL, klub promosi Hull juga mengganggu persaingan klub-klub besar dengan nyelonong ke tiga besar. Uniknya, dari empat kemenangan yang telah dikemas The Tigers, tiga di antaranya di peroleh dari klub ibukota, Fulham, Arsenal, dan Tottenham Hotspur. Bukan hanya Hull, West Ham United juga termasuk tim non unggulan yang menyodok ke urutan enam klasemen. West Bromwich Albion juga menunjukkan prestasi cukup baik untuk tim promosi dengan masuk 10 besar.
Kompetisi Lique 1 memang selalu identik dengan Olympique Lyon dalam beberapa musim ke belakang. Tahun ini,meskipun masih memimpin di puncak klasemen, namun kekalahan telak 0-3 di pekan ke delapan dari tim papan bawah Rennes, bisa merusak semuanya. Geliat Si Ungu, Toulouse yang sekarang mengikuti Lyon diperingkat ke dua dan Le Mans di peringkat ke empat, harus menjadi perhatian klub besar lain semacam Bordeaux, Marseille, PSG.
Di Italia juga memunculkan gebrakan klub-klub ”tanggung” sekelas Lazio, Udinese, Palermo, Catania, Napoli, Atalanta saat ini mendominasi klasemen 10 besar Serie A. Hanya Inter Milan yang baru mampu bertahan di papan atas, tidak ada AC Milan, Fiorentina, apalagi Juventus dan AS Roma yang baru merengkuh dua kemenangan dari enam partai yang telah dijalani.
FC Groningen di Eredivisie malah lebih dahsyat dengan memimpin klasemen sampai pekan ke lima. Prestasi Groningen diikuti oleh tim-tim semenjana lainnya seperti : NAC (peringkat 3), Heerenveen (4), Heracles (5), NEC (6), Twente (7), dan ADO (8). Hanya Ajax yang masuk 10 besar (9), sedangkan Feyenoord dan AZ masih berkutat di papan bawah yaitu peringkat ke-14 dan 12.
Sedangkan di Laliga, bukan Madrid dan Barcelona yang menguasai puncak klasemen, tiga besarnya sampai jornada ke enam berturut-turut diduduki oleh Valencia, Villarreal, dan Sevilla. Tapi jangan menutup mata terhadap kestabilan penampilan tim underdog Almeria yang sekarang berada di peringkat enam, menguntit Barcelona dan Madrid.
Di liga-liga kelas dua Eropa lainnya juga muncul kebangkitan klub-klub kecil. Di Portugal di lima besar klasemen sementara ada klub Nacional (2), Leixoes (3, dan Amadora (4). Begitu pun di Liga Turki, Trabzonspor (1), Bursaspor ( 2), Gaziantep (4) melejit ke lima besar di atas raksasa-raksasa Besiktas(3), Galatasaray (5), dan Fenerbahce (12).
Kenyataan di atas setidaknya menjadi indikator kebangkitan tim-tim kelas dua di Eropa akan kehausan prestasi dan penampakan jati dirinya. Meskipun secara dana mereka minim namun dari segi semangat dan kekompakan klub-klub papan bawah ini pasti lebih tinggi dan baik. Dengan fenomena di awal kompetisi musim ini, juga akan memungkinkan di tahun-tahun depan akan lebih banyak bermunculan klub-klub kecil di putaran grup Liga Champion, begitu juga sebaliknya, Piala UEFA akan ”tercerahkan” dengan terhempasnya klub-klub besar ke putaran grup UEFA Cup.
Semoga. Karena bola itu memang bundar!
No comments:
Post a Comment