Silvio Berlusconi, pemilik AC Milan, tampaknya mulai mengibarkan bendera putih untuk mengurus klubnya . Perdana Menteri Italia ini merasa gaji pesepakbola saat ini terlalu mahal dan tidak sesuai dengan kondisi perekonomian dunia saat ini. Ia mengusulkan adanya batasan gaji (salary cap) untuk menjaga keberlangsungan industri sepak bola.
"Gaji pesepakbola di luar realita." katanya kepada sejumlah media Italia, Selasa (18/8) waktu setempat. "Tidak bisa diterima, jauh dari kondisi ekonomi sebenarnya dalam masa sulit saat ini. Gaji-gaji itu di luar setiap parameter."
Ia percay salary cap untuk Eropa bisa diberlakukan, setelah berdiskusi dengan Presiden UEFA Michel Platini. Berlusconi mengambil contoh AS yang sukses menerapkan salary cap di berbagai cabang olahraga seperti sepakbola, hoki dan bola basket.
"Saya kira kita perlu melakukan apa yang dilakukan AS, dan mencapai kesepakatan untuk sebuah aturan yang memberlakukan salary cap di seluruh Eropa," ujarnya.
Berlusconi membantah pernyataannya hanya untuk membidik Real Madrid, tim yang menghamburkan banyak uang untuk membeli sejumlah pemain top dunia -termasuk Kaka dari Milan. Ia mengaku hanya terusik melihat fenomena membubungnya gaji pesepakbola. Berlusconi juga membantah rumor ia akan menjual sebagian sahamnya di Milan karena sudah tidak sanggup menopang pembiayaan klub sendirian.
Milan dikabarkan kepayahan membayar gaji mahal para bintangnya. Itu sebabnya Rossoneri, julukan Milan, menjual Kaka untuk menutup kerugian sekaligus mengurangi pengeluaran gaji.
Kaka adalah pemain bergaji termahal di Milan dan Seri A musim lalu dengan bayaran 7,3 juta pounds (sekitar Rp120,406 miliar) per tahun. Sementara Ronaldinho hanya dibayar setengahnya.
Usulan Berlusconi didukung oleh Presiden Lazio Claudio Lotito, namun tidak oleh kepala komunikasi UEFA Rob Faulkner.
"Kami telah mempelajari isu ini dan praktis mustahil dari sudut pandang hukum untuk memaksakan batasan gaji bagi pemain secara individu," kata Faulkner kepada kantor berita ANSA.
Para pemain juga berpendapat sama. Menurut Fabio Cannavaro, sejumlah masalah yang timbul di sepak bola tidak bisa dipecahkan begitu saja dengan mengurangi gaji pemain. "Jika gaji kami dipotong, banyak hal juga harus dipotong, dimulai dari harga tiket masuk ke stadion," ujar bek Juventus ini.
Demetrio Albertini, Wakil Presiden Federasi Sepak bola Italia, menyetujui pendapat Cannavaro. Menurutnya pesepakbola bukanlah pihak yang setiap saat harus disalahkan.
"Masalahnya adalah pada sistem bukan pemain. Pemain mendapatkan apa yang ditawarkan presiden klub kepada mereka," ujar mantan gelandang bertahan Milan dan timnas Italia ini.
Sumber :www.republika.co.id
"Gaji pesepakbola di luar realita." katanya kepada sejumlah media Italia, Selasa (18/8) waktu setempat. "Tidak bisa diterima, jauh dari kondisi ekonomi sebenarnya dalam masa sulit saat ini. Gaji-gaji itu di luar setiap parameter."
Ia percay salary cap untuk Eropa bisa diberlakukan, setelah berdiskusi dengan Presiden UEFA Michel Platini. Berlusconi mengambil contoh AS yang sukses menerapkan salary cap di berbagai cabang olahraga seperti sepakbola, hoki dan bola basket.
"Saya kira kita perlu melakukan apa yang dilakukan AS, dan mencapai kesepakatan untuk sebuah aturan yang memberlakukan salary cap di seluruh Eropa," ujarnya.
Berlusconi membantah pernyataannya hanya untuk membidik Real Madrid, tim yang menghamburkan banyak uang untuk membeli sejumlah pemain top dunia -termasuk Kaka dari Milan. Ia mengaku hanya terusik melihat fenomena membubungnya gaji pesepakbola. Berlusconi juga membantah rumor ia akan menjual sebagian sahamnya di Milan karena sudah tidak sanggup menopang pembiayaan klub sendirian.
Milan dikabarkan kepayahan membayar gaji mahal para bintangnya. Itu sebabnya Rossoneri, julukan Milan, menjual Kaka untuk menutup kerugian sekaligus mengurangi pengeluaran gaji.
Kaka adalah pemain bergaji termahal di Milan dan Seri A musim lalu dengan bayaran 7,3 juta pounds (sekitar Rp120,406 miliar) per tahun. Sementara Ronaldinho hanya dibayar setengahnya.
Usulan Berlusconi didukung oleh Presiden Lazio Claudio Lotito, namun tidak oleh kepala komunikasi UEFA Rob Faulkner.
"Kami telah mempelajari isu ini dan praktis mustahil dari sudut pandang hukum untuk memaksakan batasan gaji bagi pemain secara individu," kata Faulkner kepada kantor berita ANSA.
Para pemain juga berpendapat sama. Menurut Fabio Cannavaro, sejumlah masalah yang timbul di sepak bola tidak bisa dipecahkan begitu saja dengan mengurangi gaji pemain. "Jika gaji kami dipotong, banyak hal juga harus dipotong, dimulai dari harga tiket masuk ke stadion," ujar bek Juventus ini.
Demetrio Albertini, Wakil Presiden Federasi Sepak bola Italia, menyetujui pendapat Cannavaro. Menurutnya pesepakbola bukanlah pihak yang setiap saat harus disalahkan.
"Masalahnya adalah pada sistem bukan pemain. Pemain mendapatkan apa yang ditawarkan presiden klub kepada mereka," ujar mantan gelandang bertahan Milan dan timnas Italia ini.
Sumber :www.republika.co.id
No comments:
Post a Comment