Sikap “nakal” para pemain di lapangan dalam mengejar kemenangan memang sudah ada sejak dulu. Kita tentu masih ingat kasus “Gol Tangan Tuhan” yang melegenda bersama nama besar Diego Maradona. Kemudian kepiawaian seorang Juegen Klinsman dalam ber”diving” dalam kotak penalti, dan lain-lain.
Namun, kalau kita perhatikan di zaman sepakbola modern sekarang, sikap-
sikap tidak profesional yang ditampilkan oleh para pemain terutama bintang-bintangnnya semakin banyak. Terlalu banyak contoh : kasus perkelahian antara pemain Turki dan Swiss saat kualifikasi Piala Dunia 2006, kasus diving Fabio Grosso di masa injure time saat Italia menghadapi Australia diperdelapanfinal Piala Dunia 2006, dan kasus “Zidane head-butted Matterazzi” di ajang yang sama.
Ironisnya lagi, Liga Inggris yang dianggap liga paling gentle pun sekarang sudah mampu memproduksi pamain-pemain “cerdas” layaknya Serie A yang telah banyak melahirkan aktor–aktor lapangan. Gaya “terbang” Eduardo da Silva saat mengalahkan Glasgow Celtic di babak kualifikasi Liga Champion Agustus lalu telah menjadi contoh. Kemudian aksi diving bintang EPL, Wayne Rooney saat MU mengalahkan Arsenal di Old Trafford beberapa bulan yang lalu juga bisa menjadi contoh. Kemudian ada diving striker lokal tertajam di EPL saat ini, Darren Bent, ketika Sunderland dikalahkan Tottenham bulan lalu.
Dan sekarang yang teranyar, kasus “Gol Tangan Tuhan Jilid II” milik Thiery Henry ke gawang Republik Irlandia yang sekaligus meloloskan Prancis ke Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.
Menyikapi hal tersebut, alangkah bijaknya bila FIFA sebagai pemegang otoritas tertinggi di sepakbola agar mengambil sikap tegas terhadap kelakuan-kelakuan tidak sportif yang semakin vulgar dilakoni pesepekbola profesional selama ini. Bukankah selama ini FIFA selalu mengusung slogan Fair Play di lapangan?
FIFA tidak boleh membiarkan “musibah” yang dialami oleh Irlandia akan terus menerus berkelanjutan. Bagaimana tidak sakit hati rakyat Irlandia, apalagi setelah mendengar pegakuan jujur dari seorang Henry, sang aktor dalam proses gol tersebut, yang menyatakan bahwa dia memang sengaja melakukan handsball.
Luar biasa, Henry benar-benar telah melakukan sesuatu yang berdampak besar terhadap kampanye Fair Play yang digembor-gemborkan oleh FIFA. Henry telah melakukan pelanggaran fatal dalam aturan main sepakbola, yang berdampak kepada kredibilitas sang wasit, membuat seluruh masyarakat Irlandia geram dan bahkan menangis, menistakan nilai-nilai perjuangan pemain-pemain Irlandia untuk meloloskan diri ke Afrika Selatan. Pro kontra terus berlanjut.
Pengakuan Henry dan juga permintaan maaf dari Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy, kepada PM Irlandia dan seluruh masyarakat Irlandia, sudah cukup bagi FIFA untuk memberikan sanksi berat kepada Henry. Dosa besar Henry harus diimbali dengan hukuman berat juga, meski pun itu tidak akan membuat tiket lolos ke Piala Dunia 2010 akan menjadi milik Irlandia. Paling tidak itu akan memunculkan efek jera kepada pemain yang berniat melakukan kecurangan dalam pertandingan. Seluruh masyarkat dunia pencinta sepakbola pasti menunggu ketegasan dari FIFA, agar tragedi seperti ini tidak terjadi lagi
Atau apakah ini semua berhubungan dengan sosok sang legenda Prancis, Michael Platini, yang sekarang masih menjabat sebagai Presiden UEFA?
Semoga tidak!
Bravo FIFA
Ditulis oleh : Yusrizal Rusli
Namun, kalau kita perhatikan di zaman sepakbola modern sekarang, sikap-
sikap tidak profesional yang ditampilkan oleh para pemain terutama bintang-bintangnnya semakin banyak. Terlalu banyak contoh : kasus perkelahian antara pemain Turki dan Swiss saat kualifikasi Piala Dunia 2006, kasus diving Fabio Grosso di masa injure time saat Italia menghadapi Australia diperdelapanfinal Piala Dunia 2006, dan kasus “Zidane head-butted Matterazzi” di ajang yang sama.
Ironisnya lagi, Liga Inggris yang dianggap liga paling gentle pun sekarang sudah mampu memproduksi pamain-pemain “cerdas” layaknya Serie A yang telah banyak melahirkan aktor–aktor lapangan. Gaya “terbang” Eduardo da Silva saat mengalahkan Glasgow Celtic di babak kualifikasi Liga Champion Agustus lalu telah menjadi contoh. Kemudian aksi diving bintang EPL, Wayne Rooney saat MU mengalahkan Arsenal di Old Trafford beberapa bulan yang lalu juga bisa menjadi contoh. Kemudian ada diving striker lokal tertajam di EPL saat ini, Darren Bent, ketika Sunderland dikalahkan Tottenham bulan lalu.
Dan sekarang yang teranyar, kasus “Gol Tangan Tuhan Jilid II” milik Thiery Henry ke gawang Republik Irlandia yang sekaligus meloloskan Prancis ke Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.
Menyikapi hal tersebut, alangkah bijaknya bila FIFA sebagai pemegang otoritas tertinggi di sepakbola agar mengambil sikap tegas terhadap kelakuan-kelakuan tidak sportif yang semakin vulgar dilakoni pesepekbola profesional selama ini. Bukankah selama ini FIFA selalu mengusung slogan Fair Play di lapangan?
FIFA tidak boleh membiarkan “musibah” yang dialami oleh Irlandia akan terus menerus berkelanjutan. Bagaimana tidak sakit hati rakyat Irlandia, apalagi setelah mendengar pegakuan jujur dari seorang Henry, sang aktor dalam proses gol tersebut, yang menyatakan bahwa dia memang sengaja melakukan handsball.
Luar biasa, Henry benar-benar telah melakukan sesuatu yang berdampak besar terhadap kampanye Fair Play yang digembor-gemborkan oleh FIFA. Henry telah melakukan pelanggaran fatal dalam aturan main sepakbola, yang berdampak kepada kredibilitas sang wasit, membuat seluruh masyarakat Irlandia geram dan bahkan menangis, menistakan nilai-nilai perjuangan pemain-pemain Irlandia untuk meloloskan diri ke Afrika Selatan. Pro kontra terus berlanjut.
Pengakuan Henry dan juga permintaan maaf dari Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy, kepada PM Irlandia dan seluruh masyarakat Irlandia, sudah cukup bagi FIFA untuk memberikan sanksi berat kepada Henry. Dosa besar Henry harus diimbali dengan hukuman berat juga, meski pun itu tidak akan membuat tiket lolos ke Piala Dunia 2010 akan menjadi milik Irlandia. Paling tidak itu akan memunculkan efek jera kepada pemain yang berniat melakukan kecurangan dalam pertandingan. Seluruh masyarkat dunia pencinta sepakbola pasti menunggu ketegasan dari FIFA, agar tragedi seperti ini tidak terjadi lagi
Atau apakah ini semua berhubungan dengan sosok sang legenda Prancis, Michael Platini, yang sekarang masih menjabat sebagai Presiden UEFA?
Semoga tidak!
Bravo FIFA
Ditulis oleh : Yusrizal Rusli
No comments:
Post a Comment