Friday, June 25, 2010

"Dinamit" Ledakkan Dirinya Sendiri

Kekalahan Denmark oleh Jepang dengan skor 1-3 di Piala Dunia 2010 bisa jadi karena faktor pelatih mereka sendiri yaitu Morten Olsen. Sebelum pertandingan pelatih berusia 60 tahun itu begitu yakin "Dinamit" bisa menghancurkan "Samurai biru" berkeping-keping dengan berbagai modal yang dimilikinya.

Sebelum Jepang "menebas" Nicklas Bendtner dkk di Stadion Royal Bafokeng tadi malam, Olsen sesumbar bahwa timnya yang akan mendampingi sang juara grup Belanda ke perdelapan final. Baginya dari segi pengalaman dan materi pemain, timnya lebih layak menang.

Dengan pemain-pemain yang merumput di liga-liga top Eropa, seperti Nicklas Bendtner di Arsenal, Christian Poulsen bersama Juventus, dan Jon Dahl Tomasson di Feyenoord, Olsen tak ragu akan kehilangan tiga poin. Pengalaman Denmark di ajang internasional juga lebih baik. Mereka juara Eropa 1992 dan maju ke perempat final Piala Dunia 1998.

"Kami memiliki kualitas cukup baik dan punya banyak pengalaman. Saya yakin pengalaman itu akan membuat perubahan. Saya memiliki banyak pemain yang bermain di liga-liga besar. Selain itu, kami juga memiliki pengalaman di pertandingan internasional dan Piala Eropa," jelas Olsen ketika mempersiapkan timnya menghadapi Jepang.

Ucapan Olsen itu mungkin ada benarnya, tapi kenyataan di lapangan berkata lain. Modal materi pemain dan sejarah yang lebih baik justru hancur berkeping-keping. Tim asuhnya tak berdaya menghadapi kecepatan dan bola-bola mati dari pasukan Takeshi Okada.

Kiper Thomas Sorensen, yang bermain di Stoke City, tak berdaya menangkis tembakan Keisuke Honda, yang bermain cemerlang bersama CSKA Moskwa. Sorensen juga takluk oleh sepakan keras Yasuhito Endo, pemain Gamba Osaka. Menjelang laga usai, Sorensen seolah menjadi mainan bagi Honda ketika berhasil mengirim umpan kepada Shinji Okazaki dan berbuah gol ketiga bagi Jepang.

Lalu bagaimana dengan ledakan Denmark? Ternyata dinamit itu mejan, melempem. Bendtner tak berkutik menembus lini pertahanan. Selama 90 menit, ia hanya sekali melepaskan tembakan tanpa ada yang mengarah ke gawang. Setali tiga uang dengan Tomasson, tak kuasa menembus solidnya pertahanan Jepang. Terlepas dari kesuksesannya menjadi algojo penalti, Tomasson hanya bisa melepaskan dua tembakan tepat ke sarang lawan.

Sebenarnya semua omongan Olsen sah-sah saja. Namun, ia lupa Jepang memiliki semangat bushido, yaitu kesetiaan, kehormatan, kepatuhan, dan pengorbanan diri. Prinsip-prinsip semangat bushido, yang selalu menjiwai prajurit Jepang pada abad ke-19. Kini prinsip-prinsip itu telah mengantarkan Jepang ke perdelapan final.

Sumber : kompas.com

No comments:

Post a Comment