Kanselir
Jerman, Angele Merkel (kanan), mengunjungi timnas Jerman di ruang ganti
seusai pertandingan kualifikasi Piala Eropa 2012 melawan Turki, 8
Oktober 2010. Tampak ia menyalami gelandang Jerman, Mesut Oezil. (Sumber : AFP/GUIDO BERGMANN)
Piala Eropa, seperti juga pesta olahraga akbar lainnya, tak lepas dari
pengaruh konflik politik, khususnya pertikaian antarnegara. Perseteruan
politik menyebabkan tim membatalkan keikutsertaannya apabila berhadapan
dengan kesebelasan dari negara yang menjadi lawan politik.
Pagi-pagi
digelar, penyelenggara Piala Eropa pertama di Perancis sudah menuai
persoalan permusuhan antarnegara. Tim nasional Spanyol ogah bertandang
ke Uni Soviet untuk menghadiri laga penyisihan. Saat itu, Spanyol
dipimpin Jenderal Fransisco Franco.Sikap Franco dilatarbelakangi masa lalu. Diktator itu adalah pemenang perang saudara Spanyol yang terjadi pada 1936-1939. Sementara Uni Soviet berperan sebagai penunjang utama Republik Spanyol Kedua, yang adalah lawan politik Franco.
Ketidakhadiran Spanyol membuat Uni Soviet melenggang dengan mudah ke putaran final Piala Eropa 1960. Tim Uni Soviet tak terbendung dan menjadi juara Eropa pertama. Adapun Italia, Inggris, dan Jerman Barat juga tak ikut karena menganggap belum perlu berpartisipasi.
Franco Menelan Egoisme
Pergelaran kedua pada tahun 1964 belum lepas dari pertikaian. Giliran Spanyol menjadi tuan rumah dan Uni Soviet menjadi semifinalis. Kali ini, Franco harus menelan egonya agar tidak mengeruhkan perhelatan bergengsi. Ia mengizinkan tim Spanyol berlaga melawan Uni Soviet.
Untungnya, tim Spanyol bisa menaklukkan Soviet dengan gol dari penyerang Jesus Maria Pereda dan Marcelino Martinez. Uni Soviet hanya bisa membalas dengan satu gol dari penyerang Galimzyan Khusainov. Spanyol pun menjadi juara Eropa untuk pertama kali.
Pertikaian senjata antara Yunani dan Albania juga membuat ”Kapal Bajak Laut”, julukan tim Yunani, menarik diri dari keikutsertaan Piala Eropa 1964. Albania menyatakan kemerdekaannya pada tahun 1912 yang memicu kemarahan Yunani.
Sebagian wilayah Albania diklaim Yunani sebagai daerahnya sehingga memicu pernyataan perang kedua negara. Yunani menolak hadir dalam laga kualifikasi pertama Piala Eropa 1964 melawan Albania yang diadakan pada Maret 1963.
Keruntuhan komunisme pada awal dasawarsa 1990-an juga membawa dampak terhadap Piala Eropa 1992. Uni Soviet di ambang bubar. Beberapa wilayah Uni Soviet menyatakan lepas dan membentuk negara sendiri. Negeri ”Beruang Merah” mulai limbung akibat perpecahan.
Estonia, Latvia, Lituania, dan Georgia berpisah dari Uni Soviet. Meski demikian, pemain Georgia, Kakhaber Tskhadadze, masih bergabung dengan skuad Uni Soviet yang berlaga di bawah panji Persemakmuran Negara-negara Independen.
Sumber : Kompas.com
No comments:
Post a Comment